Renungan Harian
Rabu, 10 Februari 2021
IBADAH SEJATI
Bacaan Alkitab: Mazmur 50:1-6
Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. (Mzm. 50:1)
Sumber: khotbahkristen.id |
“Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,/ bila tiada rela sujud dan sungkur?/ Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,/ bila tiada hati tulus dan syukur?/ Ibadah sejati, jadikanlah persembahan./ Ibadah sejati: kasihilah sesamamu!/ Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,/ jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan.” Itulah lirik PKJ 264 yang akrab di telinga kita. Sudahkah lirik itu kita resapi?
Asaf, sang pemazmur, mengungkapkan bahwa ibadah adalah sebuah persembahan syukur, baik berupa pujipujian maupun pemberian materi. Tuhanlah yang memanggil umat untuk datang beribadah, sebab Ia adalah Allah yang patut disembah. Ia adalah Allah penguasa bumi dan segala isinya. Ibadah menjadi simbol betapa manusia itu rapuh dan butuh Allah Sang Mahakuat. Melalui ibadah, umat diingatkan betapa hebatnya kuasa Tuhan, sehingga tanpa-Nya manusia bukanlah apa-apa. Oleh sebab itu, dalam Perjanjian Lama, umat datang menyembah Tuhan, baik dengan mempersembahkan kurban bakaran, kurban sembelihan, maupun dengan nyanyian puji-pujian.
Sobat, dalam ibadah masa kini, kita tidak lagi datang beribadah dengan membawa kurban bakaran atau sembelihan. Persembahan saat ini sudah disesuaikan dengan Perjanjian Baru dan konteks perkembangan zaman. Namun, intinya tetap sama bahwa ibadah itu adalah pengucapan syukur kepada Tuhan. Beriringan dengan itu, kita harus mengerti lebih mendalam bahwa ibadah sejati bukan sekadar ke gereja, memuji Tuhan dengan suara, atau memberikan persembahan. Ibadah sejati haruslah dalam keseharian kita, yaitu membagikan kasih Tuhan kepada setiap orang yang kita jumpai.
1. Apa yang dipersaksikan Asaf melalui mazmurnya?
2. Apa yang akan Anda persaksikan hari ini dalam hidup Anda?
Pokok Doa: Menghayati ibadah dalam keseharian hidup.
Pdt. Noerman Sasono
Sumber: ykb-wasiat.org
0 Komentar